Bisnis

Program MBG Berefek bagi Perekonomian

10
×

Program MBG Berefek bagi Perekonomian

Sebarkan artikel ini

rel="Dofollow">>

JAKARTA-  Peneliti Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Eliza Mardian mengatakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang berlangsung mulai Senin 6 Januari 2025, dapat menciptakan efek berganda mulai dari penyerapan tenaga kerja hingga menghidupkan perekonomian lokal seperti usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Eliza menyampaikan saat pemerintah melibatkan para UMKM untuk menyediakan hidangan MBG, maka akan ada penambahan tenaga kerja, sehingga membuat masyarakat setempat menjadi produktif.

“Saat si UMKM ini kebanjiran order, maka ada penambahan tenaga kerja. Nah ini menciptakan multiflier effect, selain MBG membantu meningkatkan gizi, juga meningkatkan kesejahteraan para produsen lokal dan penyerapan tenaga kerja,” ujar Eliza saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin (6/1/2025)

Penyerapan lapangan kerja baru, kata Eliza, sangat mungkin terjadi, khususnya bagi para ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan.

Menurutnya, masyarakat sekitar yang awalnya tidak memiliki pekerjaan akan memiliki peluang untuk bekerja di dapur ataupun dari sisi membantu pendistribusian makanan dari dapur ke sekolah-sekolah.

Ia juga menyarankan agar orangtua murid dilibatkan dalam penyiapan makanan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir adanya makanan yang terbuang sia-sia lantaran anak-anak tersebut pilih-pilih atau picky eater.

Makanan yang terbuang ini, dianggap akan merugikan anggaran yang sudah ditetapkan dan menciptakan masalah baru seperti limbah makanan.

“Dengan adanya MBG ini, akan menambah peluang tenaga kerja dan perlu keterlibatan orang tua dalam bentuk komunitas di wilayah lokal. Jadi ada pengawasan dari orang tua dan guru agar anak-anak menghabiskan makanan, sehingga gizinya terpenuhi,” ucap Eliza.

Dari sisi anggaran, MBG yang dicanangkan oleh pemerintah menelan anggaran hingga Rp71 triliun. Menurut Eliza, hal ini dapat dimanfaatkan dengan maksimal dengan melibatkan masyarakat lokal.

Eliza menyebut, pembentukan dapur-dapur baru dapat menelan anggaran hingga 30 persen, ditambah lagi dengan ongkos pendistribusian. Oleh karenanya, sangat penting untuk melibatkan masyarakat lokal, sehingga anggarannya bisa ditambahkan untuk menunya.

“Jangan sampai digunakan untuk hal-hal yang sebetulnya itu tidak terlalu urgent, kayak membangun dapur. Kan ada, bisa kita manfaatkan dapur yang ada dulu gitu kan, banyak kok dapur UMKM, dapur masyarakat lokal, kita tinggal standarisasi gitu kan,” kata Eliza. (ant/isl)